Media massa merupakan sarana proses penyampaian pesan menggunakan media kepada khalayak luas. Media dalam konteks komunikasi adalah alat, sarana, atau medium yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media massa juga berperan sebagai alat penunjang dakwah. Hal inilah yang mendasari diadakannya kunjungan ke studio 2 MTA TV oleh siswa SMA MTA Surakarta yang mengikuti ekstrakurikuler Jurnalistik pada Rabu, (8/03/2023) sore.
Tak sekadar belajar mengenai dunia broadcast, para siswa juga diajari bagaimana menjadi seorang pewarta yang baik. Sebab menurut Rudi Herfianto, Manager MTA TV, penguasaan pembacaan berita merupakan modal utama untuk menyelami dunia kepenyiaran.
“Hal yang paling basic di dunia penyiaran adalah bisa membaca berita dengan baik. Kalau sudah menguasai teknik pembacaan berita, gampang bagi kalian untuk menjadi reporter, host, dan sebagainya,” ungkap pria yang berusia 56 tahun itu.
Rudi, demikian ia kerap disapa, melanjutkan penjabarannya tentang teknik membaca berita yang baik. Menurutnya, ada tiga hal yang harus dikuasai oleh seorang pembawa berita, yaitu intonasi, tempo membaca, dan kebolehan dalam public speaking .
“Intonasi atau pengolahan suara itu penting untuk menumbuhkan kesan berwibawa. Sehingga, pemirsa maupun pendengar tidak merasa jenuh dengan berita yang kita bawakan,” jelasnya.
Ia menambahkan bila, “Kita juga perlu menyesuaikan tempo membaca kita dengan teks yang dimuat di telepromter (layar yang memuat teks berita yang dibaca pembawa berita), tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lama.”
Kedua hal tersebut belum dirasa cukup apabila tidak didasari dengan kebolehan berbicara di depan khalayak. Sebab, kemampuan public speaking merupakan fondasi kuat untuk membangun keberanian dan kepercayaan diri. Hal ini dapat menjadi alternatif untuk mengatasi kesalahan dalam pengucapan kata maupun kalimat.
Berbicara mengenai kesalahan pengucapan kata atau kalimat, setiap pewarta tentu pernah mengalaminya saat siaran tengah berlangsung. Meski demikian, hal tersebut dapat diatasi dengan beberapa trik yang disesuaikan dengan jenis siaran yang tengah dilakukan.
“Kalau baru siaran live, kalian bisa mengganti kata yang salah secara langsung. Nah, kalau kalian recording bisa dilakukan pengulangan take,” ungkap Rudi.
Salah satu peserta, Safitri Silfia Ramadhani, diberi kesempatan yang praktik menjadi pembawa berita. Ia membacakan dua berita secara bergantian di meja redaksi. Meski sempat beberapa kali mengalami kesalahan pengucapan, akhirnya dia berhasil praktik membawakan berita dengan baik dan direkam gambarnya.
Terakhir, Rudi berpesan kepada seluruh siswa yang mengikuti kegiatan tersebut agar mulai menyukai hal yang sedang mereka pelajari.
“Kalau mau, bisa sukai dulu,” pungkasnya. [Salma Rahma Putri Fadhila_XI MIPA 3]